TIDAK hanya menjadi salah satu bagian dari Panca Indera, yaitu sebagai Indera Pengecap Rasa, lidah juga memainkan peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Secara spiritual dan etika, sebagai organ biologis yang berperan sebagai alat komunikasi, lidah dipandang sebagai anugerah sekaligus ujian, dimana ucapan yang keluar dapat membawa kebaikan atau keburukan, menjadikannya cermin pribadi dan penentu nasib baik ataupun buruk. Karena itulah kita sering mendengar peribahasa lidah tak bertulang, agar kita selalu berhati hati dalam menggunakannya.
Kepala Daerah adalah pemimpin pemerintahan di suatu daerah otonom di Indonesia, terdiri dari Gubernur untuk tingkatan Provinsi, Bupati untuk Kabupaten, dan Walikota untuk Kota. Pasangan kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih secara langsung oleh masyarakat di daerahnya masing-masing melalui Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada). Selain menjalankan pemerintahan sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah pusat dalam menjalankan roda pemerintahan di daerah, kepala daerah juga bertugas memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat.
Berkenaan dengan hal tersebut, sudah selayaknya kepala daerah itu mempunyai atau menjalankan kebijakan yang berpihak kepada masyarakat, serta dituntut memiliki gaya komunikasi yang mumpuni, perilaku yang patut untuk diteladani, serta dapat merespon dengan bijak dalam menghadapi gejolak yang terjadi menyangkut hal hal yang bersentuhan langsung dengan masyarakat.
Menilik penjelasan diatas, menarik untuk kita cermati fenomena yang terjadi beberapa waktu terakhir ini di Pati, salah satu kabupaten di propinsi Jawa Tengah. Bermula ketika Bupati Pati, Sudewo, mengambil kebijakan untuk mengusulkan kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) sebesar 250%, dikarenakan selama kurun waktu 14 tahun pajak tersebut tidak pernah mengalami kenaikan (https://banyumas.tribunnews.com, 19 mei 2025). Wacana ini menimbulkan protes dan polemik di kalangan masyarakat Pati dan meresponnya dengan akan mengerahkan massa sebanyak 5000 orang untuk melakukan demo terkait kebijakan tersebut, tak dinyana, respon masyarakat yang akan melakukan demo tersebut di respon Bupati Sudewo dengan mengatakan, “Silahkan lakukan, jangan hanya 5.000 orang, 50.000 orang suruh kerahkan, saya tidak akan gentar, saya tidak akan mengubah keputusan, tetap maju,” kata Sudewo dikutip dari YouTube tvOneNews, Rabu 6 Agustus 2025.
Respon tersebut menyulut amarah yang lebih besar lagi sehingga puluhan ribu masyarakat Pati turun ke jalan dan berdemo di depan kantor Bupati Pati untuk menuntut Bupati Sudewo mengundurkan diri, tidak hanya menuntut pengunduran diri, massa juga menuntut pemakzulan Bupati Sudewo, sehingga aksi tersebut mendapatkan empati yang luar biasa tidak hanya dari masyarakat Jawa Tengah dan sekitarnya, bahkan hampir masyarakat Indonesia ikut merasakannya, sehingga peristiwa tersebut menjadi viral dan bahkan menjadi perhatian pemerintah pusat. Hingga akhirnya polemik tersebut berhenti tatkala Bupati Sadewo membatalkan rencana tersebut.
Dari peristiwa di Pati tersebut mengingatkan kita kembali betapa pentingnya peranan ilmu komunikasi dalam kehidupan sehari hari, terlebih bagi seorang kepala daerah. Gaya komunikasi kepala daerah yang mumpuni sangatlah penting dan dibutuhkan untuk membangun kepercayaan publik, memastikan implementasi kebijakan berjalan lancar, mengelola persepsi masyarakat, menjaga keharmonisan sosial, serta memperkuat kerja sama di internal pemerintahan dan dengan masyarakat.
Ditulis oleh: Muhammad Arifin, S. I. P.
Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi
Universitas Bina Darma Palembang
Dengan Dosen Pengampu Mata Kuliah:
Prof. Isnawijayani, M.Si., Ph.D.











