PALI – Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), salah satu daerah otonom muda di Sumatera Selatan, kembali menjadi perbincangan. Isu efisiensi anggaran daerah mencuat dan menjadi sorotan publik, seiring munculnya berbagai kritik yang sebagian besar diarahkan pada pemerintahan baru di bawah kepemimpinan Bupati Asgianto ST dan Wakil Bupati Iwan Tuaji SH.
Padahal, keduanya baru sekitar lima bulan menjabat, usai dilantik hasil Pilkada 2024. Namun dalam waktu singkat ini, mereka seolah harus memikul beban program-program warisan dari pemerintahan sebelumnya—termasuk yang kini menuai kontroversi.
Salah satu polemik yang menjadi perhatian publik adalah pengadaan mobil mewah Toyota Land Cruiser, yang dinilai bertentangan dengan semangat efisiensi sebagaimana diamanatkan oleh Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025. Kendaraan tersebut direncanakan untuk tamu VVIP yang berkunjung ke PALI. Namun, yang kerap terlupakan dalam narasi publik adalah bahwa pengadaan itu dilakukan sebelum Asgianto dan Iwan menjabat.
Kritik juga muncul terhadap kegiatan rapat kerja jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang digelar di Palembang beberapa waktu lalu. Acara ini dituding sebagai pemborosan anggaran. Padahal, menurut keterangan resmi, biaya kegiatan tersebut bukan bersumber dari APBD melainkan dana pribadi Bupati, karena bertepatan dengan agenda pertemuan bersama Ketua Dekranas, Ny. Selvi Gibran Rakabuming Raka.
Menanggapi berbagai kritik yang muncul, Bupati Asgianto memilih bersikap tenang dan terbuka. Ia menjelaskan bahwa saat ini pemerintahan yang dipimpinnya masih menjalankan program-program lama yang telah dirancang dan dianggarkan sebelum dirinya dilantik. Program hasil inisiatif mereka sendiri baru akan mulai dijalankan melalui Perubahan APBD 2025 dan APBD Induk 2026.
“Sangat tidak logis jika kami disalahkan atas program yang bukan kami rancang. Ini semua masih bagian dari warisan tahun sebelumnya. Kami baru bisa memulai program kami sendiri pada APBDP 2025 dan APBD 2026,” jelas Asgianto.
Meski merasa kritik yang diarahkan tidak sepenuhnya tepat sasaran, Asgianto tetap mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersabar dan menjaga situasi tetap kondusif demi kelancaran pembangunan.
“Saat ini kito masih neruske gawe yang lamo. Mohon bersabar dan mari bersama kita jaga suasana agar tetap kondusif, agar pembangunan bisa berjalan dengan baik,” ujarnya penuh harap.
Wakil Bupati Iwan Tuaji juga menyuarakan hal senada. Ia mengajak masyarakat untuk meninggalkan perbedaan dan bersatu demi kemajuan PALI. Menurutnya, efisiensi anggaran bukan berarti menghentikan seluruh program, tetapi melakukan seleksi ketat terhadap mana yang benar-benar bermanfaat bagi masyarakat.
“Kami sangat selektif saat ini. Setiap penggunaan anggaran akan diawasi ketat. Hanya program yang berdampak nyata bagi masyarakat yang akan kami jalankan,” tegasnya.
Iwan juga menekankan pentingnya menjaga stabilitas daerah. Menurutnya, PALI mulai dilirik oleh para investor, dan suasana yang kondusif menjadi syarat mutlak agar potensi pertumbuhan ekonomi bisa dimaksimalkan.
“Kami ingin PALI menjadi daerah yang menarik bagi investor. Karena jika investasi masuk, dampaknya akan langsung dirasakan oleh masyarakat: lapangan kerja terbuka, ekonomi bergerak,” tambahnya.
Langkah awal dalam membangun daerah memang tidak pernah mudah. Penuh tantangan dan keraguan. Namun, setiap pembangunan besar selalu dimulai dari pondasi yang kuat. Pemerintahan baru di PALI kini sedang menata ulang arah pembangunan, dengan harapan mendapat kesempatan untuk membuktikan diri. Yang mereka butuhkan bukan pembelaan, melainkan kepercayaan dan ruang untuk bekerja.[red)
Editor : Asri Firmansyah
Penulis : Rilis